Tas itu benar-benar tipis, berwarna hitam, kadang putih. Setidaknya
itulah yang selalu dibawa bocah-bocah. Sekitar tiga atau empat jam sebelum
mentari kembali ke peraduan. Mereka berlari, sebagian berjalan, dan beberapa
mengayuh sepeda. Yang pasti, mereka menuju suatu tempat yang disebut
orang-orang sebagai surau.
Sumber: Tokopedia |
Sejatinya tas itu hanya tas kresek (baca: tas yang seng digunakan untuk
membungkus perbelanjaan dalam jumlah kecil). Pada tas itu berisi iqra’ juga penunjuk yang bentuknya
seperti pensil. Kadang, beberapa bocah hanya memasukkan lidi sebagai pengganti
penunjuknya.
Memang tas tersebut terlihat sederhana. Akan tetapi, jika ditarik garis
waktu ke belakang, tentu ada hal unik dari tas tersebut. Sejatinya, tas itu
sudah dipersiapkan secara khusus hanya untuk buku iqra’ dan segala yang berhubungan dengan itu. Bahkan ketika
seseorang (baca: Ibu) hendak meminta tas tersebut, si anak tidak
memperbolehkannya. Mungkin, dalam tas itu telah tertanam identitas si pemilik
maka siapa pun tidak dapat menyentuhnya kecuali pemiliknya sendiri.
Berbicara soal tas kresek tidak dapat dipisahkan dari kerapuhannya.
Memang benar bahwa tas kresek hitam itu mudah rusak (baca: sobek). Mungkin,
setiap seminggu sekali bocah-bocah kecil itu akan menggantinya. Tapi toh, tetap
saja mereka tidak beralih dari benda bernama tas kresek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar