Perjalanan Nafsu (yang Samar) - Tranquillum

Dunia yang diam dan hal-hal di sekitarnya

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Sabtu, 07 April 2018

Perjalanan Nafsu (yang Samar)


Mendefinisikan kata nafsu agaknya tidak terlalu sulit. Definisi pertama dalam KBBI adalah keinginan (kecenderungan, dorongan) hati yang kuat. Akan tetapi, agaknya definisi ini tidak dapat menguraikan apa yang terjadi di lingkungan manusia, bahwa nafsu cenderung mempunyai makna yang negatif. Maka, dapatlah mengambil pengertian kedua dalam KBBI, yakni dorongan hati yang kuat untuk berbuat kurang baik.
nafsu, islam, nafsu dari setan, nafsu dunia
Dari bacaanmadani.com

Saya, entah sudah berapa kali diingatkan perihal nafsu, terutama oleh guru saya sendiri. Intinya, jangan menuruti nafsu. Betapapun, sebagaimana sering dikatakan guru saya, nafsu itu cenderung enak, melenakan, dan sebagainya. Sampai titik ini, pemahaman saya akan nafsu itu sendiri masih sangat sedikit. Kiranya, nafsu (pada waktu tulisan ini diterbitkan) lebih dikenal sebagai dorongan untuk melakukan tindakan asusila (yang tidak perlu dijelaskan). Hanya sebatas itu saja. Pengertian ini pun dapat merujuk pada kata enak (sementara), melenakan, dan sebagainya.

Akan tetapi, sebagaimana manusia yang semakin cerdas, penipu bernama nafsu itu semakin cerdas pula. Dalam pengertian ini, nafsu menjadi sangat samar, bahkan sangat mungkin tidak terlihat sama sekali. Setelah merenungi beberapa hal, sampailah saya pada kesimpulan bahwa nafsu itu sendiri tidak hanya menggerogoti bagian luar tubuh, tetapi sampai pula pada otak (baca: pemikiran).

Begini contohnya:
Saya (dilukiskan sebagai) orang yang cerdas, berpengetahuan luas, juga dihormati karena keilmuannya. Kemudian, pada suatu waktu, saya menemui suatu hal yang menurut saya keliru. Misal, teman saya menjelaskan konsep X yang begini dan begitu. Saya, menurut apa yang saya pahami, menilai apa yang disampaikan teman saya itu keliru. Seharusnya konsep X itu tidak seperti yang dijelaskan teman saya.

Maka kemudian, di situlah nafsu menjelma bayang-bayang yang merasuki setiap sendi tubuh saya, hingga sampai pada pusat otak. Saya pun mengata-ngatai teman saya sebagai pendusta, tidak tahu ilmu, dan (dengan pengetahuan yang melekat pada saya), saya pun berusaha meluruskannya, membetulkannya, tanpa berdiskusi secara langsung kepada teman saya. Padahal, sangat mungkin, apa yang saya sampaikan justru keliru.

Seperti itulah gambaran nafsu yang menyusup dan menyamar dengan sangat lihai. Memang masih banyak sekali nafsu yang menggerogoti bagian (maaf) selangka**an dan sejenisnya. Akan tetapi, nafsu dunia memang tidak hanya itu. Mereka, nafsu-nafsu itu, telah menemukan bentuk lain untuk menyamar, menutupi dirinya agar tidak terlihat, bahkan sampai dapat membuat dirinya terlihat begitu baik.

Apa yang dicontohkan tersebut hanya sebagian kecil dari bentuk penyamaran nafsu. Bukan tidak mungkin si nafsu itu sedang memperhatikan tulisan ini, kemudian merencanakan penyamaran yang lebih rahasia lagi, hingga ia akan tidak akan tampak sebagai nafsu, tetapi sesuatu yang baik tapi menipu.

Mungkin karena itulah, guru saya tidak pernah bosan untuk mengingatkan saya, untuk sebisa mungkin, menekan (hingga menghilangkan) nafsu dunia dari dalam hati dan pikiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar