Anak-anak yang Merdeka - Tranquillum

Dunia yang diam dan hal-hal di sekitarnya

Breaking

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Selasa, 04 September 2018

Anak-anak yang Merdeka

Dulu sekali, sebelum saya berani untuk sedikit berinteraksi dengan dunia luar, saya yakin bahwa anak-anak dapat digambarkan dengan identitas: periang, suka berlari-lari, sulit dipahami dan dimengerti, memiliki dunia yang unik, dan sebagainya. Hal yang sama sekali tidak salah. Terlebih mengingat saya juga pernah memiliki masa kanak-kanak yang demikian (meskipun setelahnya saya tumbuh menjadi pribadi yang pendiam).
anak-anak yang ceria / thetanjungpuratimes.com


Akan tetapi, dalam beberapa waktu belakangan, hingga tulisan ini dipublikasikan (pada September 2018), interaksi saya dengan anak-anak cenderung meningkat. Di saat yang bersamaan, interaksi saya pada orang lain di luar anak-anak juga meningkat. Hal ini yang kemudian membantu mengubah pandangan saya terhadap anak-anak.

Selama ini, anak-anak banyak digambarkan sebagai pribadi yang nakal. Dalam artian, tidak dapat diatur dan cenderung semaunya sendiri. Akan tetapi, sebagaimana (sedikit) pemahaman saya bahwa setiap orang mempunyai karakter yang unik, hal demikian juga berlaku pada anak-anak. Ini yang kemudian menyadarkan saya, bahwa saya mungkin mengalami sebuah fase pemahaman yang terbalik. Saya paham bahwa karakter setiap orang adalah unik. Baru kemudian memahami bahwa anak-anak pun demikian. Seharusnya saya terlebih dahulu memahami bahwa anak-anak tumbuh dengan karakter yang unik, sehingga menciptakan karakter yang unik pula saat mereka tumbuh dewasa.

Anak-anak, bagaimanapun tidak dapat terlepas dari orang dewasa. Hanya saja, kadang di tengah-tengah interaksi antara keduanya, beberapa orang dewasa cenderung merasa lebih tahu akan kebutuhan anak-anak. Mereka menginginkan setiap anak tumbuh dengan cara mereka. Maka tidak heran apabila banyak orang tua yang kemudian menuntut anaknya untuk les misalnya, atau melakukan suatu hal yang sama sekali tidak diinginkan anak.

menggambar cita-cita
Karya menggambar oleh anak-anak binaan /
dokumentasi pribadi
Saya menyadari hal ini ketika dalam satu kesempatan, diminta untuk mendampingi anak-anak untuk meningkatkan kemampuan literasi mereka, terutama dalam menulis, untuk beberapa kali pertemuan. Dalam kesempatan tersebut, saya beberapa kali meminta anak-anak untuk mengikuti apa yang saya mau (dan tentu saja saya mengarahkan mereka agar dapat mengikuti apa yang saya katakan dengan baik). Seperti yang saya singgung sebelumnya, tidak semua arahan saya dapat diikuti oleh anak-anak. Bila dilihat lebih dalam, menulis memang tidak mudah, terlebih bagi anak usia SD (yang fasilitas pendidikannya terbatas). Akan tetapi, hal ini bukan berarti tidak ada sama sekali yang mampu mengikuti arahan saya. Beberapa anak malah menunjukkan respons yang baik terhadap arahan saya.

Sementara itu, di tengah kegetiran saya terhadap anak-anak yang tidak mampu mengikuti, saya terus berpikir untuk mencari cara agar mereka dapat mengeluarkan bentuk ekspresif dari diri mereka. Maka pada suatu kesempatan, saya meminta mereka untuk melakukan hal yang tidak terlalu berat untuk dilakukan, yaitu menggambar. Agaknya dalam perlakuan kali ini, anak-anak cenderung lebih bisa mengikuti arahan saya (untuk menggambarkan cita-cita).

Akan tetapi, poin utama yang menjadi perhatian saya adalah, anak-anak menemukan bentuk pengekspresian diri yang lebih baik dari sebelumnya. Memang cita-cita yang saya temukan dalam gambar tidak jauh-jauh dari dokter, polisi, dan cita-cita anak-anak pada umumnya. Akan tetapi, saya melihat, untuk anak-anak yang (dalam pengamatan saya sebelumnya) menunjukkan minat yang kurang baik terhadap menulis, mereka cukup baik dalam mengekspresikan diri dalam menggambar cita-cita. Mereka mampu membayangkan masa depan menjadi seorang koki atau pengusaha sukses dalam bentuk gambar.

Dalam pengamatan saya terhadap anak-anak yang cenderung pendiam pun, sekalipun mereka sudah sangat menunjukkan potensi terhadap menulis, ternyata di sisi lain mereka juga tidak kalah baik dalam mengekspresikan diri dalam bentuk menggambar. Hal yang bagi saya sendiri merupakan dunia lain yang baik bagi mereka.

Secara keseluruhan, sepanjang saya mendampingi anak-anak untuk meningkatkan kemampuan literasi (dan beberapa interaksi lain yang tidak saya sebutkan dalam pembahasan ini), saya menyadari bahwa anak-anak merupakan makhluk yang unik. Bahwa anak-anak adalah manusia yang merdeka. Merdeka dalam artian mereka ingin melakukan segala macam hal yang sesuai dengan keinginan mereka. Merdeka dalam artian bahwa perlakuan terhadap mereka tidak dapat dipaksakan. Akan tetapi, hal yang patut disyukuri adalah, bahwa kemerdekaan anak-anak itu dapat diarahkan. Orang dewasa dapat memberikan perlakuan-perlakuan kecil untuk mendukung keinginan anak-anak dan juga mengondisikannya ke dalam koridor yang sesuai.

Maka pemahaman mengenai karakter anak-anak yang memang unik sangat dibutuhkan di sini. Hal inilah yang kemudian akan membuat seseorang untuk berpikir dua kali untuk membuat anak yang satu menjadi sama dengan anak yang lain. Sebab anak-anak mempunyai dan menginginkan kemerdekaannya sendiri.

Sebagai penutup, dalam pandangan pribadi saya, hal paling mudah dan sederhana untuk merayakan kemerdekaan anak-anak adalah dengan memberi mereka sarana untuk mengekspresikan diri sesuai dengan karakter mereka. Misalnya seperti membiarkan mereka menggambar diri mereka sendiri terbang di angkasa.

Rosna Hermawan
Penulis tinggal di Bantul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar