Dulu sekali, sebelum saya berani
untuk sedikit berinteraksi dengan dunia luar, saya yakin bahwa anak-anak dapat
digambarkan dengan identitas: periang, suka berlari-lari, sulit dipahami dan
dimengerti, memiliki dunia yang unik, dan sebagainya. Hal yang sama sekali
tidak salah. Terlebih mengingat saya juga pernah memiliki masa kanak-kanak yang
demikian (meskipun setelahnya saya tumbuh menjadi pribadi yang pendiam).
anak-anak yang ceria / thetanjungpuratimes.com |
Akan tetapi, dalam beberapa waktu belakangan, hingga tulisan ini dipublikasikan (pada September 2018), interaksi saya dengan anak-anak cenderung meningkat. Di saat yang bersamaan, interaksi saya pada orang lain di luar anak-anak juga meningkat. Hal ini yang kemudian membantu mengubah pandangan saya terhadap anak-anak.
Selama ini, anak-anak banyak
digambarkan sebagai pribadi yang nakal. Dalam artian, tidak dapat diatur dan
cenderung semaunya sendiri. Akan tetapi, sebagaimana (sedikit) pemahaman saya
bahwa setiap orang mempunyai karakter yang unik, hal demikian juga berlaku pada
anak-anak. Ini yang kemudian menyadarkan saya, bahwa saya mungkin mengalami
sebuah fase pemahaman yang terbalik. Saya paham bahwa karakter setiap orang
adalah unik. Baru kemudian memahami bahwa anak-anak pun demikian. Seharusnya
saya terlebih dahulu memahami bahwa anak-anak tumbuh dengan karakter yang unik,
sehingga menciptakan karakter yang unik pula saat mereka tumbuh dewasa.
Anak-anak, bagaimanapun tidak
dapat terlepas dari orang dewasa. Hanya saja, kadang di tengah-tengah interaksi
antara keduanya, beberapa orang dewasa cenderung merasa lebih tahu akan kebutuhan
anak-anak. Mereka menginginkan setiap anak tumbuh dengan cara mereka. Maka
tidak heran apabila banyak orang tua yang kemudian menuntut anaknya untuk les
misalnya, atau melakukan suatu hal yang sama sekali tidak diinginkan anak.
Karya menggambar oleh anak-anak binaan / dokumentasi pribadi |
Sementara itu, di tengah
kegetiran saya terhadap anak-anak yang tidak mampu mengikuti, saya terus
berpikir untuk mencari cara agar mereka dapat mengeluarkan bentuk ekspresif
dari diri mereka. Maka pada suatu kesempatan, saya meminta mereka untuk
melakukan hal yang tidak terlalu berat untuk dilakukan, yaitu menggambar.
Agaknya dalam perlakuan kali ini, anak-anak cenderung lebih bisa mengikuti
arahan saya (untuk menggambarkan cita-cita).
Akan tetapi, poin utama yang menjadi perhatian saya adalah, anak-anak menemukan bentuk pengekspresian diri yang lebih baik dari sebelumnya. Memang cita-cita yang saya temukan dalam gambar tidak jauh-jauh dari dokter, polisi, dan cita-cita anak-anak pada umumnya. Akan tetapi, saya melihat, untuk anak-anak yang (dalam pengamatan saya sebelumnya) menunjukkan minat yang kurang baik terhadap menulis, mereka cukup baik dalam mengekspresikan diri dalam menggambar cita-cita. Mereka mampu membayangkan masa depan menjadi seorang koki atau pengusaha sukses dalam bentuk gambar.
Dalam pengamatan saya terhadap anak-anak yang cenderung pendiam pun, sekalipun mereka sudah sangat menunjukkan potensi terhadap menulis, ternyata di sisi lain mereka juga tidak kalah baik dalam mengekspresikan diri dalam bentuk menggambar. Hal yang bagi saya sendiri merupakan dunia lain yang baik bagi mereka.
Secara keseluruhan, sepanjang saya mendampingi anak-anak untuk meningkatkan kemampuan literasi (dan beberapa interaksi lain yang tidak saya sebutkan dalam pembahasan ini), saya menyadari bahwa anak-anak merupakan makhluk yang unik. Bahwa anak-anak adalah manusia yang merdeka. Merdeka dalam artian mereka ingin melakukan segala macam hal yang sesuai dengan keinginan mereka. Merdeka dalam artian bahwa perlakuan terhadap mereka tidak dapat dipaksakan. Akan tetapi, hal yang patut disyukuri adalah, bahwa kemerdekaan anak-anak itu dapat diarahkan. Orang dewasa dapat memberikan perlakuan-perlakuan kecil untuk mendukung keinginan anak-anak dan juga mengondisikannya ke dalam koridor yang sesuai.
Maka pemahaman mengenai karakter anak-anak yang memang unik sangat dibutuhkan di sini. Hal inilah yang kemudian akan membuat seseorang untuk berpikir dua kali untuk membuat anak yang satu menjadi sama dengan anak yang lain. Sebab anak-anak mempunyai dan menginginkan kemerdekaannya sendiri.
Sebagai penutup, dalam pandangan pribadi saya, hal paling mudah dan sederhana untuk merayakan kemerdekaan anak-anak adalah dengan memberi mereka sarana untuk mengekspresikan diri sesuai dengan karakter mereka. Misalnya seperti membiarkan mereka menggambar diri mereka sendiri terbang di angkasa.
Rosna Hermawan
Penulis tinggal di Bantul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar